Kamis, 12 Mei 2016

MBANGUN DESA YANG NGANGENI

Iseng-iseng menonton sebuah sinetron, ternyata daya tahan sambalbawang hanya lima menit. Langsung berpindah saluran agar jiwa lebih sehat. Dan, mendadak teringat sinetron Si Doel Anak Sekolahan, lalu terlempar lagi ke Mbangun Desa. Ah, yang terakhir ini, berkesan banget.

Era 90-an lalu, TVRI Yogyakarta menayangkan "Mbangun Desa", setiap akhir pekan. Ini sinetron yang sambalbawang rindu dan sepertinya nyaris tidak pernah absen menontonnya. Tayangan berbahasa Jawa dan kadang dicampur Bahasa Indonesia ini, betul-betul keren. Bikin gemes, gregetan, lalu ketawa. Akhirnya jadi “candu”, ketagihan level dewa.

Memang, memang, nuansanya masih berbalut Orde Baru karena tema tayangannya biasanya diembel-embeli “pesan” pemerintah terkait pembangunan desa. Topiknya beragam. Dari pentingnya KB, hingga program pertanian, pendidikan, keamanan kampung, dan seterusnya. 

Tokoh utamanya, Susilo Nugroho yang berperan sebagai Den Baguse Ngarso; Heru Kesawa Murti sebagai Pak Bina alias pak kades; Sepnu Heriyanto sebagai Kuriman; Sudiharjo sebagai Kang Sronto; dan Muji Rahayu sebagai Yu Sronto. 

Dalam dunia nyata, Muji Rahayu ini adalah istrinya Heru Kesawa Murti. Nah, pak Heru ini juga sebagai penulis naskah Mbangun Desa. Terus, dalam perkembangan sinetron bergenre situasi komedi ini, ada pula sejumlah tokoh lain seperti Yati Pesek, yang didapuk sebagai istri Den Baguse. 

Selama 30-an menit, Mbangun Desa diisi suasana, obrolan, intrik, "adu mulut" dan gambaran-gambaran yang “desa banget”. Den Baguse, didapuk peran sebagai orang lumayan kaya di kampungnya, tapi sekaligus sok tahu, sok pinter, sombong, suka perintah sana-sini, maklum "priyayi" sih. Hehe. Den Bagus ini juga sering “tombak cucukan”, penyebar gosip.

Lalu, Kuriman, si pemuda desa, berambut gondrong, yang temperamental, grusa-grusu, dan kadang berpijak ke kubu yang memberinya keuntungan. Kuriman sepertinya diplot gampang dipengaruhi sana-sini dan ditarik kesana-kemari, Tapi hatinya, baik, loh. Kuriman sering tampil sebagai pemuda desa yang apikan, gapyak, dan mengomando gotong-royong.

Pak Bina, si tokoh bijaksana, mengambil porsi sebagai penengah dan pembuat solusi. Apapun masalahnya, dia bisa dimintai saran. Dia dihormati warga karena sederhana, otaknya "mlethik" alias cukup moncer. Namun kadang-kadang ya salah perhitungan, dan rada pelupa. Kadang juga "keminther". Seingat sambalbawang sih, gitu.

Nah, "duet" Sronto, yang akhirnya akrab dipanggil Sronto Lanang-Sronto wedhok, menjadi “bumbu” penyegar dan gregetan karena tampang dan karakter ke-ndesoan-nya. Sronto ini, dalam cerita, adalah orang suruhan (dan kepercayaan) Den Baguse Ngarso. Sronto orangnya lugu, polos, apik'an, sederhana, dan nrimo, tapi karena itu gampang dikibulin.

Jalinan cerita Mbangun Desa, yang memotret kehidupan desa ini, kadang juga terkait pesan pemerintah. Nah, pesan pemerintah itu jadi asyik “disantap” tatkala para pemeran memang orang “seni” yang berkarakter dan jempolan. Den Baguse sukses bikin saya sebel sepanjang tayangan, karena kemaki, kemlethak, jemotos, lah. Sronto, tokoh senior ketoprak ini, juga berhasil bikin saya gemes karena selalu nrimo.

Kekuatan utama Mbangun Desa, ada pada tokoh pemeran yang sudah matang pentas dari panggung ke panggung. Meski, tak bisa dimungkiri, faktor Den Baguse yang juga bernama lain "Ngarso Pareng" ini, yang paling menyita perhatian (karena nyebelin, hehe). Meski sejujurnya, sebagai penonton, kita menanti Den Baguse ini di skak mat oleh Pak Bina dkk, atau sial sepanjang tayangan. 

Den Baguse bikin geretan, tapi gregetan pula melihat Sronto yang pasif, tidak pernah membantah, dan sering diperalat Den Baguse. Yu Sronto terkadang lebih “berani” ketimbang suaminya, tapi juga hanya satu strip di atasnya. Sami mawon. Tapi, keduanya saling mendukung. 

Kuriman hadir sebagai sosok yang kadang nyebai, kadang menyenangkan, dan kadang ra dong-an. Tergantung siapa yang memengaruhi, ke situlah Kuriman berkiblat. Tapi karena Kuriman termasuk tokoh pemuda, maka penting juga perannya. Urusan mengerahkan pemuda desa, kadang bisa mengandalkan masbro Kuriman ini.

Salah satu dari beberapa tokoh yang muncul belakangan di serial ini, adalah Yati Pesek sebagai Den Ayune Ngarso. Juga ada anaknya Pak Bina. Yati Pesek misalnya cukup memberi “warna” karena dialah yang ternyata ditakuti Den Baguse Ngarso. Hohoho. Kalau Den Ayune Ngarso marah, Den Baguse bakal bingung, panik.

Dalam setiap episode, Den Baguse selalu “ngisruh” dan Pak Bina jadi tukang penjelas situasi. Banyak masalah, akhirnya dipungkasi Pak Bina yang kalem. Kuriman bisa reda tensinya, Den Baguse bisa manthuk-manthuk sambil mbesengut. Tapi intinya, ada solusi.

Sering digambarkan, pungkasan cerita sinetron tanpa iklan ini, semua pihak nglurug ke rumahnya Pak Bina malam-malam. Masalah dibawa ke forum, dirembug, dan selesai. Semua bisa jabat tangan. Musyawarah mufakat, lah, intinya.

Tak hanya dapat ketawanya. Tapi ada nilai kebersamaan, kerukunan yang disematkan. Tak ada yang ngomong SARA, tak ada yang tokoh yang mendelik-mendelik.  Nggak ada yang menye-menye. Dan itu tidak ada di sinetron-sinetron sekarang, yang sudah nggak lucu, ndak mutu pula.

Mbangun Desa diselingi suasana khas pedesaan yang asyik. Lokasi syuting sering di sawah, kebun, jalanan kampung. Anak-anak sliweran,atau lagi mainan di halaman rumah (tanah). Ayam-ayam berlarian. Unen-unen (tembang) tak ketinggalan. Acara wedangan minum teh, jelas ada. Ahahaha, Jogja bangeeet...

Ah, jadi teringat Pak Heru Kesawa Murti, yang meninggal tahun 2011 lalu. Sambalbawang pernah ketemu beberapa kali, dan tanpa sadar selalu memanggil dengan “Pak Bina”. Sduah seperti otomatis memanggil demikian. Begitu juga pas ketemu Pak Susilo, manggilnya ya “Den Bagus”. Saat bersua pak Sudiharjo, sambalbawang pun memanggilnya pak Sronto. Hehe. (Sronto meninggal Juli 2016). 




9 komentar:

  1. Sama sy jg nyari di youtube ga ada. Smg alm husnul khotimah. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Mgkn susah skrg ketemu pemeran dgn karakter kuat (terasah pengalaman, dan berbakat, dan ttp membumi), seperti pemeran di mbangun desa

      Hapus
    2. sudah ada, di yutub belum lama ini. diunggah tvri jogja

      Hapus
  2. TVRI Jogja plis unggah ke u tube dong mbangun desanya

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. sudah ada yang mengunggah mbangun desa, tvri jogja, belum lama ini. coba dicek.. kabar apik ni

      Hapus